Kamis, 08 Mei 2014

Hati-Hati Marah dan Stres Tingkatkan Risiko Stroke dan Serangan Jantung

Nasihat bijak agar jangan mudah memuntahkan amarah tampaknya ada sisi baiknya. Sebab peneliti University of Pittsburgh, Amerika Serikat telah menunjukkan kemarahan, kecemasan dan depresi tak hanya mempengaruhi fungsi jantung, tapi juga meningkatkan risiko penyakit jantung.

Melansir Science Daily, disebutkan jika stroke dan serangan jantung merupakan hasil akhir kerusakan progresif pada pembuluh darah yang menyuplai jantung dan otak. Gangguan pada pembuluh itu disebut aterosklerosis.

Salah satu penyumbang gangguan itu yakni karena adanya emosi negatif yang secara tak sadar berpengaruh dalam tubuh.

Aterosklerosis berlangsung saat terdapat kimia tingkat tinggi dalam tubuh, yang disebut sitokin pro inflamasi. Sitokin itu adalah mediator berupa  molekul peptida yang mempengaruhi respon imun tubuh maupun peradangan.

Nah, sitokin itu lah yang diperkirakan mempertahankan stres dan meningkatkan risiko aterosklerosis dan penyakit jantung dengan membangkitkan emosi negatif.

Selanjutnya emosi negatif itu meningkatkan tingkat sitokin pro inflamasi pada tubuh. Hal itulah yang dipandang berkontribusi membuka risiko kesehatan tubuh. Peneliti kemudian mendalami untaian saraf yang mendasari hal itu.

Dr Peter Gianaros, guru besar tamu University of Pittsburgh mengatakan dalam pengamatan, banyak area otak yang sama terlibat dalam emosi, penginderaan dan pengaturan tingkat peradangan dalam tubuh.

"Jadi kami berhipotesa aktivitas otak yang terkait dengan emosi negatif bakal berhubungan tanda fisik dari risiko penyakit jantung," jelas Gianaros, yang merupakan penulis utama studi itu. 

Dalam percobaan, tim peneliti Gianaros meminta 157 relawan dewasa mengatur reaksi emosional dalam gambar yang tak menyenangkan, bersamaan dengan itu peneliti mengukur aktivitas otak dengan pencitraan fungsional.

Peneliti juga memindai arteri relawan untuk melihat tanda aterosklerosis. Skema ini untuk menilai risiko penyakit jantung dan mengukur tingkat peradangan dalam aliran darah, faktor risiko fisiologis aterosklerosis dan kematian dini akibat penyakit jantung.

Dari pengukuran itu, peneliti menemukan individu dengan aktivasi otak yang lebih besar saat mengatur emosi negatif, terdapat peningkatan kadar darah interleukin-6. Kadar darah ini merupakan salah satu sitokin pro inflamasi pada tubuh.

Selain itu, peneliti juga menemukan adanya peningkatan ketebalan dinding arteri karotis.

Arteri karotis merupakan pembuluh darah yang memberikan suplai ke daerah leher dan kepala, termasuk otak. Jika dinding pembuluh darah ini mengalami penebalan, bisa menjadi permulaan dari berbagai penyakit pembuluh darah lainnya.

Tingkat peradangan dibukukan untuk jaringan antara tanda aterosklerosis dan pola aktivitas otak selama pengaturan emosi relawan. Temuan itu bahkan sudah mempertimbangkan faktor pendorong penyakit jantung lainnya seperti usia, jenis kelamin, merokok, dan

"Temuan baru ini selaras dengan kepercayaan umum bahwa emosi terhubung ke kesehatan jantung. Kami berpikir dasar mekanis hubungan itu mungkin terletak pada fungsi daerah otak yang penting guna mengatur emosi dan peradangan," ujar Gianaros.

Ditambahkan, temuan ini berdampak dalam pencegahan guna meningkatkan kesehatan dan melindungi jantung.

"Sungguh luas biasa melihat jaringan antara keadaan emosi negatif, untaian otak, peradangan dan penanda kesehatan fisik yang buruh," kata Dr John Krystal, Editor of Biological Psychiatry.

Sumber : Viva.co.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar