Manusia menurut agama Islam adalah makhluk Allah yang berpotensi. Dalam Al-quran, ada tiga kata yang digunakan untuk menunjuk kepada manusia. Kata yang digunakan adalah basyar, insan atau nas, dan bani Adam.
Kata basyar diambil dari akar kata yang berarti 'penampakan sesuatu dengan baik dan indah'. Dari kata itu juga, muncul kata basyarah yang artinya 'kulit'. Jadi, manusia disebut basyar karena kulitnya tampak jelas dan berbeda dengan kulit binatang. Manusia dipilih Allah sebagai khalifah di muka bumi. Alasan dipilih sebagai khalifah karena manusia memiliki berbagai potensi. Di antaranya ruh, akal, dan jasmani.
Potensi Diri Manusia
Banyak sekali orang yang tidak mengetahui akan potensi di dalam dirinya. Dan, banyak juga orang yang tidak mengetahui apa saja kelebihan dan kekurangan dalam dirinya. Cobalah tanya pada diri kita sendiri atau pada orang-orang terdekat, dan orang yang tersayang. Apa sih kelebihan kita?
Sebagian dari Anda pasti akan bingung untuk menjawab pertanyaan sederhana ini, namun sulit menjawabnya. Untuk menjawab pertanyaan itu, ada sebagian orang beranggapan bahwa “Kita tidak boleh sombong, jadi tidak boleh membanggakan diri sendiri”.
Sifat sombong memang tidak boleh dan dilarang oleh semua agama. Kita pasti pernah menjumpai rekan, teman, sahabat, atau mungkin pacar yang memiliki sifat sombong. Di dalam agama Islam, jika Anda menjumpai seperti itu, maka bencilah sifat orang itu, bukan membenci orangnya. Karena jika Anda membenci orangnya, maka Anda akan membenci ciptaan-Nya, oleh karena itu dilarang.
Akan tetapi, jika Anda ditanya apa sih kekurangan dalam diri Anda? Anda pasti langsung bisa menjawab karena yang Anda perhatikan dan tandai adalah kekurangan Anda, bukan kelebihan Anda.
Sering sekali jika Anda memiliki kekurangan, bukannya Anda membalikkannya, akan tetapi Anda semakin mempertahankannya. Seperti contoh, ada seorang yang kekurangannya itu gugup pada saat berbicara di depan orang banyak. Tidak lama kemudian orang tersebut terpilih sebagai ketua kelas.
Orang tersebut pun mau tidak mau harus akrab dengan berbicara di depan kelas. Tidak mungkin orang tersebut harus menyuruh wakilnya terus menerus untuk berbicara di depan kelas?
Oleh karena itu, balikkan kekurangan kita menjadi kelebihan kita. Tanamkan diri Anda kata “tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini”, tentu saja selama Anda mau berusaha dan berdoa. Untuk itu, kita harus mengetahui apa saja potensi yang ada di dalam diri kita yang diberikan oleh Allah Swt. Dengan begitu, kita dapat memanfaatkan potensi kita itu untuk hal-hal yang positif.
Potensi Manusia Menurut Agama Islam
Apabila kita merenungkan sejarah kehidupan manusia diawali sejak Nabi Adam dan anak cucunya yang mendiami muka bumi ini. Mereka yang dibesarkan oleh perkembangan zaman, lalu disusul dengan terwujudnya kesejahteraan di bumi yang diikuti dengan semakin beraneragamnya peradaban dari generasi ke generasi silih berganti. Berikut ini beberapa potensi manusia menurut agama Islam yang diberikan oleh Allah Swt.
1. Potensi Akal
Manusia memiliki potensi akal yang dapat menyusun konsep-konsep, mencipta, mengembangkan, dan mengemukakan gagasan. Dengan potensi ini, manusia dapat melaksanakan tugas-tugasnya sebagai pemimpin di muka bumi. Namun, faktor subjektivitas manusia dapat mengarahkan manusia pada kesalahan dan kebenaran.
2. Potensi Ruh
Manusia memiliki ruh. Banyak pendapat para ahli tentang ruh. Ada yang mengatakan bahwa ruh pada manusia adalah nyawa. Sementara sebagian yang lain memahami ruh pada manusia sebagai dukungan dan peneguhan kekuatan batin. Soal ruh ini memang bukan urusan manusia karena manusia memiliki sedikit ilmu pengetahuan. Biarlah urusan ruh menjadi urusan Tuhan. Allah swt berfirman: Katakanlah, “Ruh adalah urusan Tuhan-Ku, kamu tidak diberi ilmu kecuali sedikit”. (QS. Al-Isra: 85)
3. Potensi Qalbu
Qalbu di sini tidak dimaknai sekadar ‘hati’ yang ada pada manusia. Qalbu lebih mengarah pada aktivitas rasa yang bolak-balik. Sesekali senang, sesekali susah. Kadang setuju kadang menolak.
Qalbu berhubungan dengan keimanan. Qalbu merupakan wadah dari rasa takut, cinta, kasih sayang, dan keimanan. Karena qalbu ibarat sebuah wadah, ia berpotensi menjadi kotor atau tetap bersih.
4. Potensi Fitrah
Manusia pada saat lahir memiliki potensi fitrah. Fitrah tidak dimaknai melulu sebagai sesuatu yang suci. Fitrah di sini adalah bawaan sejak lahir. Fitrah manusia sejak lahir adalah membawa agama yang lurus. Namun, kondisi fitrah ini berpotensi tercampur dengan yang lain dalam proses perkembangannya.
5. Potensi Nafs
Dalam bahasa Indonesia, nafs diserap menjadi nafsu yang berarti 'dorongan kuat untuk berbuat kurang baik'. Sementara nafs yang ada pada manusia tidak hanya dorongan berbuat buruk, tetapi berpotensi berbuat baik. Dengan kata lain, nafs ini berpotensi positif dan negatif.
Hakikatnya, nafs pada diri manusia cenderung berpotensi positif. Namun, potensi negatif daya tariknya lebih kuat dari pada potensi negatif. Oleh karena itu, manusia diminta untuk menjaga kesucian nafsnya agar tidak kotor.
Sebagai manusia, fitrah kita cenderung mengarah kepada hal-hal yang baik dan terpuji. Namun, karena manusia diberi akal, nafsu, dan syahwat, bisa jadi kedua tipe akhlak tersebut ada pada diri kita. Tetapi karena manusia memiliki hawa nafsu, maka dari itulah derajat manusia lebih tinggi dari pada malaikat, syetan, bahkan semua makhluk ciptaan Allah.
Karena di dalam hadis, Nabi bersabda bahwa golongannyalah yang dapat menyamakan derajat pahalanya dengan nabi-nabi sebelum Nabi. Itu karena golongan Nabi Muhammad tidak melihat dan menjumpai nabinya, melainkan hanya menjumpai apa yang telah ditinggalkan, yaitu Al-Quran dan Hadis.
Sebagaimana dalam Al-Quran yang isinya “Telah aku tinggalkan 2 perkara, di mana jika kalian mengikutinya, kalian tidak akan tersesat, yaitu kitabillah (Al-Quran) dan sunnati Nabi (hadis Nabi)”. Sampai ada istilah manusia itu ada di antara setan dan malaikat karena memiliki potensi berbuat baik dan berbuat buruk.
Sepanjang menjalani hidup, manusia pasti tidak akan luput dari perbuatan salah. Akan tetapi, sebaik-baiknya manusia berbuat salah, harus ditobati. Sebagaimana yang terdapat dalam Al-Quran, yang artinya “Setiap anak turunnya nabi Adam pasti melakukan kesalahan, sebaik-baiknya kesalahan, yaitu ditobati”.
Namun, jika perbuatan itu melanggar aturan Allah dan Rasul-Nya, dapat dikategorikan sebagai orang yang berakhlak tercela atau buruk. Yang mana kita telah mengetahui orang yang melakukan perbuatan yang tercela atau buruk, Allah selalu memberikan balasan yang jelek pula.
Seperti di dalam Al-Quran surat An-Nisa’ ayat 14 yang artinya “Barang siapa yang menentang Allah, Rasul, dan melanggar aturan-aturan-Nya, maka dia akan dimasukkan ke dalam neraka, dan mereka kekal di dalam neraka”.
Di dalam hadis Nabi bersabda bahwa di dalam neraka adalah sejelek-jeleknya tempat kembali. Di dalam hadis juga diterangkan bahwa api yang ada di neraka itu berwarna hitam, itu karena saking panasnya di dalam neraka.
Orang yang masuk ke dalam neraka adalah orang-orang yang berdosa, baik itu dosa kecil maupun dosa besar. Di zaman sekarang, baik dosa kecil maupun dosa besar, tingkat ketakutannya itu hampir tidak ada. Banyak orang yang meninggalkan solat dengan sengaja, tidak berzakat, minum minuman yang memabukkan atau dalam Al-Quran disebut khomr, pergaulan bebas antara laki-laki dan perempuan, dan masih banyak lagi.
Itulah pekerjaan syetan yang selalu mengganggu anak turun Adam supaya mereka banyak yang masuk ke dalam neraka. Dan, Allah pun telah meridhokan syetan untuk mengganggu sebanyak-banyaknya untuk dijerumuskan ke dalam neraka.
Adapun syetan itu lebih pintar untuk menggoda anak Adam karena syetan telah hidup berabad-abad tahun. Padahal dalam Al-Quran telah dijelaskan dalam surat Bani Israil yang artinya, ”Dan janganlah kalian mendekati zina karena zina itu adalah sejelek-jeleknya perbuatan”.
Tetapi jika kita sebaliknya, jika kita taat, maka kita akan dimsukkan ke dalam surga. Seperti dalam surat An-Nisa’ ayat 13 yang artinya, “Barang siapa yang taat kepada Allah dan rasul, maka dia akan dimasukkan ke dalam surga, yang mana mereka kekal selamanya di sana”.
Seperti kita telah ketahui bahwa surga adalah senikmat-nikmatnya tempat. Semua orang pasti ingin ke sana. Orang-orang yang masuk ke dalam surga ini jelaslah bukan orang-orang yang senang berbuat tercela. Mereka adalah orang-orang yang selalu berbuat kebajikan dan ikhlas dengan niat karena Allah. Semoga informasi mengenai potensi manusia menurut agama Islam tersebut bermanfaat.
Sumber : anneahira.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar