"Tips NEGOSIASI GAJI" Di PERUSAHAAN |
Selain wawancara dan psikotes, negosiasi gaji menjadi tahap yang sedikit tricky bagi calon pegawai. Banyak orang gagal melakukan negosiasi maksimal karena tak paham trik negosiasi gaji.Meminta gaji terlampau tinggi, bisa-bisa perusahaan mundur lalu urung mempekerjakan Anda; terlalu rendah mengajukan nominal pun merugikan Anda. “Ketika tiba saatnya melakukan negosiasi untuk mendapatkan gaji terbaik dan paket keuntungan lain, banyak pencari kerja yang tidak siap,” bilang Martin Yate, penulis artikel berseri “Knock ‘em Dead” di New York Times. Sebelum menandatangani surat kontrak, pastikan Anda siap mengajukan nominal gaji terbaik. Bagaimana triknya? 1. Cari tahu kisaran gaji pada profesi yang Anda lamar. Biasanya perusahaan mengajukan penawaran nominal gaji, tetapi Anda tak tahu pasti apakah jumlahnya layak atau tidak. Karenanya Yate menganjurkan agar Anda tahu pasti kisaran realistis gaji yang seharusnya Anda dapat. “Anda juga harus memiliki opini objektif terhadap kemampuan diri dan berapa kisaran gaji yang pantas untuk Anda,” kata Yate. 2. Rencanakan negosiasi Anda. “Sebelum wawancara berlangsung, Anda harus sudah membayangkan (paling tidak) tiga hal di benak,” saran Yate. “Pertama, seberapa besar kebutuhan konsumsi pokok Anda setiap bulan. Kedua, nilai tambahan yang harus Anda terima berdasarkan pengalaman kerja, gaji pasaran, dan letak geografis (ini berlaku jika Anda ditempatkan di daerah tertentu, terutama jika jauh dari ibu kota). Ketiga, bayangkan gaji sebesar apa yang akan membuat Anda puas,” urainya. 3. Tahan diri. Jangan Anda yang memulai bicara soal gaji. “Jika perusahaan belum bicara soal gaji, berarti Anda belum cukup meyakinkan mereka, Andalah calon pegawai ideal. Konsentrasilah dulu pada topik wawancara. Tunjukkan Anda memiliki nilai lebih dan akan memberikan kontribusi positif sehingga perusahaan tak akan merugi membayar Anda mahal,” beri tahu Yate. 4. Jangan bertanya, “Berapa gaji saya?” Biasanya di akhir wawancara Anda diminta bertanya jika ada hal yang belum jelas. Yate menegaskan, “Pada saat seperti ini, pertanyaan paling bodoh adalah bertanya soal gaji. Ini menunjukkan, yang Anda pikirkan hanya soal gaji, bukan pekerjaan.” 5. Tunda pertanyaan soal gaji sampai Anda mendapatkan semua fakta. Saat ditanya soal gaji, Yate menyarankan agar jangan langsung memberi kisaran. “Para kandidat harus mengatakan, mereka butuh waktu untuk lebih memahami pekerjaan sebelum mendiskusikan bayaran.” 6. Jangan jadikan gaji lama patokan. Tak ada pekerjaan yang sama. Maka, gaji Anda di perusahaan lama pun tak ada kaitannya dengan gaji ketika Anda akan mulai bekerja di perusahaan baru. “Saya berganti pekerjaan, jadi sudah pasti saya ingin mendapat penghasilan lebih. Tapi buatlah pengajuan gaji yang sesuai dengan kemampuan dan pengalaman Anda,” urai Yate. 7. Jangan berbohong soal gaji lama. “Berbohong soal gaji merupakan pemicu penolakan,” Yate memperingatkan. 8. Buat mereka takut kehilangan Anda. Jika sudah ada tawaran bekerja di tempat lain, jangan ragu-ragu untuk mengungkapkan. “Jika ada tawaran bagus dari perusahaan kompetitor, Anda bisa gunakan ini untuk ‘mengancam’ pewawancara. Bilang, Anda sangat berhasrat bekerja di perusahaannya, hanya saja Anda bingung karena ada tawaran serius yang sangat menarik dari perusahaan pesaing,” contoh Yate. 9. Jangan pernah mengambil tawaran pertama. Sama halnya seperti membeli barang, jangan langsung membeli barang di harga pertama yang diucap penjual. Tawarlah. Harga pertama pasti bukan harga mati. 10. Bagaimana jika Anda sangat menginginkan pekerjaannya, tetapi mereka memberikan tawaran lebih rendah dari ekspektasi? Biarkan pintu terbuka. Meski wawancara hari itu berakhir, jangan akhiri dengan kepastian. “Jangan buru-buru menyerah. Mintalah waktu beberapa hari untuk berpikir. Tunjukkan Anda sangat tertarik dan sangat bernilai bagi perusahaan sehingga mereka mau bernegosiasi kembali. Katakan Anda akan senantiasa terbuka, jika perusahaan berubah pikiran Anda siap menerima panggilan kembali sebelum keputusan final dibuat,” saran Yate. |
Sumber : Dinamika Consultant |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar